Senin, 06 Juni 2011

Bagi dunia aku hanya seseorang, tapi bagi seseorang aku adalah dunianya

Mungkin cerita mini (cermin) ini kita semua pernah membacanya. Tapi bagi saya, cermin ini jadi koreksi buat saya, karena kedalaman storynya. Bagi yg belum pernah membacanya……………… mungkin jadi bahan renungan..

# Seperti biasa Abi rudi, buruh di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 10 malam.
Tidak seperti biasanya, Kakak aisyah, nama panggilan putri pertamanya yang baru berumur 3 Tahun membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

“Kok, belum tidur ?” sapa rudi sambil mencium anaknya. kadang - kadang aisyah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang abi masuk kerumah, aisyah menjawab, “Aku nunggu abi pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji abi ?”
Lho tumben, kok nanya gaji abi ? Mau minta uang buat jajan lagi, ya ?”
“Ah, enggak. Pengen tahu aja” ucap aisyah singkat.
“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari abi bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 80.000,-.
Setiap bulan rata-rata dihitung 20 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu abi masih lembur. Jadi, gaji abi dalam satu bulan berapa, hayo ?”
aisyah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar menanyakan ke uminya, sementara abinya melepas sepatu dan menyalakan televisi.

Ketika Abi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, aisyah berlari mengikutinya. “Kalo satu hari abi dibayar Rp. 80.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam abi digaji Rp. 8.000,- dong” katanya.
“Wah, pinter kamu kak. Sudah- sudah,
sekarang cuci kaki, tidur” perintah Abi.
Tetapi kakak aisyah tidak beranjak.
Sambil menyaksikan abinya berganti pakaian, aisyah kembali bertanya,
“abi, aku boleh pinjam uang Rp. 1.000,- enggak ?”
“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? abi capek.
Dan mau mandi dulu. Tidurlah sana”.
“Tapi abi...”
Kesabaran Abi pun habis. “abi bilang tidurlah kak !” hardiknya mengejutkan aisyah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Abi nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok aisyah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. aisyah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 3.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Abi berkata,
“Maafkan abi, kak, abi sayang sama kakak. Tapi buat apa sih minta
uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.
Jangankan Rp.1.000,- lebih dari itu pun abi kasih” jawab Rudi
“abi, aku enggak minta uang kok. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”.
“lya, iya, tapi buat apa ?” tanya Abi lembut.
“Aku menunggu abi dari jam 8. Aku mau ajak abi main ular tangga. Tiga puluh meniiit aja. Umi sering bilang kalo waktu abi itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu abi. Aku buka tabunganku,
hanya ada Rp.3.000,- tapi karena abi bilang satu jam abi dibayar Rp. 8.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 4.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.1.000, makanya aku mau pinjam dari Abi” kata aisyah polos.

Rudi pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.