Senin, 18 Oktober 2010

Tentang Makkah, Abdul Muthalib ( Syaiba )

Qushay menganjurkan kepada cucunya hisyam supaya penduduk Makkah selalau menyediakan makanan untuk pengunjung Ka'bah. Saat Makkah mengalami paceklik hisyam pun berhasil mendatangkan makanan yang berlimpah, hisyam merupakan tokoh terhormat di Makkah dan mempunyai anak yang bernama syaiba. hisyam meninggal dunia dalam perjalanan musim panas ke gaza. sehingga Muthalib adik dari hisyam menggatikan tugas mengurusi pembagian air dan makanan di Makkah.



Saat Syaiba anak hisyam beranjak dewasa muthalib membawanya dari Yatsrib (Madinah)ke Makkah, penduduk Makkah mengira Syaiba adalah budak muthalib sehingga Syaiba mereka panggil Abdul Mutholib. padahal muthalib sudah menjelaskan bahwa syaiba itu kemenakanya, tetap saja sebutan Abdul Mutholib di pakai untuk memanggil Syaiba. kemudian tugas - tugas mutholib di teruskan oleh Syaiba. Saat itu sumur air Zamzam sudah tak ada sehingga ia harus mengumpulkan air dari berbagai sumur di sekitar Makkah, dan ditampung di bak dekat Makkah. tentu ini pekerjaan berat bagi Abdul Mutholib karena ia hanya dibantu oleh seorang putr. ia pun berNazar jikalau mendapatkan 10 anak di tambah satu lagi, ia akan mengurbankan salah satunya. keinginan itu terpenuhi dan ia pun harus menentukan siapa anak yang akan di kurbankan melalui juru panah. nama 10 anak di kocok melalui anak panah. yang keluar adalah panah yang berisi nama Abdullah. tapi masyaraka Quraisy tak menyetujui langkah itu, mereka mengusulkan agar kurban diganti dengan harta saja ( 10 Unta ). Abdul Mutholib memilih menyerahkan nya pada juru panah - sesuai adat kebiasan saat itu untuk menentukan pilihan lagi. jika yang keluar nama Abdullah maka Abdul mutholib harus menambah 10 unta lagi. 10 X diundi 10 X pula nama Abdullah muncul sehingga kurban unta mencapai 100 ekor. undian ke - 11 yang keluar adalah unta, ke - 12,13,14 tetap nama Abdullah. Abdullah calon ayah yang menurunkan Muhammad SAW terselamatkan dari rencana pengurbanan.


Abdul Mutholib terus memikirkan cara memenuhi kebutuhan air sehingga ia bermimpi letak sumur air Zamzam yang harus di gali. ia pun menggali kembali air zamzam tersebut.

Muhammad SAW
berasal dari keluarga terhormat bani Hasyim dari orang tua yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya Aminah bintu Wahb dari Bani Zuhrah. Demikian juga sekilas kisah Abdul Mutholib dan perannya dalam masyarakat Quraisy, khususnya dalam perang gajah. Maka pada kesempatan ini dipaparkan sekilas tentang keluarganya yang memiliki hubungan langsung dengan kelahiran nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam.

Putra dan Putri Abdul Muthalib ( Syaiba )

1. Al Haarits bin Abdul Muthalib, anak tertua beliau dan wafat dimasa hidup
Abdul Muthalib. Dari anak-anak Al Harits yang masuk Islam adalah Ubaidah
terbunuh di parang badar, Rabi’ah, Abu Sufyaan dan Abdullah.
2. Az Zubair bin Abdul Muthalib, saudara kandung Abdullah (ayahanda Rasulullah),
ia adalah penglima bani Hasyim dan bani Al Muthalib dalam perang Fijaar,
seorang terhormat dan penyair, namun tidak menjumpai masa-masa Islam.
Diantara anaknya yang masuk Islam adalah Abdullah terbunuh dalam perang
Ajnadain, Dhuba’ah, Majl, Shafiyah dan ‘Atikah.
3. Hamzah bin Abdul Muthalib, paman sekaligus saudara sesusuan Rasulullah yang
masuk Islam dan menjadi pahlawan islam di perang Badar dan Uhud. Beliau
terbunuh syahid di perang Uhud.
4. Al Abaas bin Abdul Muthalib, yang masuk islam dan menjadi pembela Rasulullah
dalam memperjuangkan Islam. Beliau dilahirkan tiga tahun sebelum perang gajah
dan meninggal tahun 32 H dalam usia 86 tahun.
5. Abu Lahab bin Abdul Muthalib, musuh besar dan penentang keras dakwah
Rasululloh, sampai Allah turunkan firmanNya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab
dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya
dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. (QS. 111:1-4) Ia mati
setelah perang Badar. Diantara putra-putranya ‘Utaibah yang mati diterkam
binatang buas, Utbah dan Mu’tib keduanya masuk islam pada hari penaklukan
kota Makkah.
6. Abu Thalib Abdul Manaf bin Abdul Muthalib, paman Nabi yang memelihara dan
membela beliau dalam penyebaran dakwah Islam, namun tidak mau masuk islam
lantaran takut dicela kaumnya.
7. Al Baidha’ Ummu Hakiem bintu Abdul Muthalib, yang menikah dengan Kurz bin
Rabi’ah bin Habieb bin Abdus Syams. Ia memiliki dua anak yang bernma Amir dan
Arwa’, lalu Arwa ini menikah dengan Affaan bin Abu Al ‘Ash dan melahirkan
Utsman bin Affan khalifah Rasyidin yang ketiga. Arwa’ ibunya Utsman bin
Affaan ini hidup sampai masa kekhilafahan anaknya.
8. Barrah binti Abdul Muthalib, ibu sahabat Abu Salamah bin Abdul Aswad Al
Makhzumi
9. Shafiyah bintu Abdul Muthalib, ibu sahabat Al Zubair bin Al Awaam, beliau
menikah pertama kali dengan Al Haarits bin Harb, lalu ditinggal mati dan
menikah lagi dengan Al ‘Awam dan melahirkan Al Zubair. Beliau masuk islam dan
ikut berhijrah. Beliau wafat tahun 20 H di Madinah dan dimakamkan di Baqi’
10. Arwa’, ibu dari keluarga Jahsy yang memiliki anak-anak diantaranya: Abdullah,
Abu Ahmad, Ubaidillah, Zainab dan Hamnah.
11. Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

Para ulama sejarah islam menebutkan itulah Putra dan Putri Abdul Muthalib.

Pernikahan Abdullah dan Aminah

Sudah menjadi ketetapan sejarah, bahwa Abdullah bin Abdul Muthalib menikahi Aminah bintu Wahb wanita Bani Zuhrah. Bani Zuhrah masih termasuk kerabat bani Hasyim, bahkan Abdul Muthalib juga menikahi salah seorang wanita Bani Zuhrah yaitu Haalah bintu Wuhaib dan Wuhaib paman Aminah pun dipelihara di rumah Abdul Muthalib. Tidak ada penukilan sejarah peroncian pernikahan Abdullah ini yang dapat dijadikan sandaran sejarah, sedangkan riwayat yang menjelaskan perincian kisah pernikahannya semuanya lemah dan tidak dapat dijadikan sandaran sama sekali.[1]

Abdullah Wafat

Abdullah sakit dan wafat serta dikuburkan di kota Madinah ditempat keluarga neneknya Bani Adi bin Najaar, ketika melakukan perjalanan pulang berdagang dikota Madinah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits mursal dari Imam Al Zuhri yang menyatakan:
بَعَثَ عَبْد المُطَلِبِ عَبْدَ اللهِ بنَِ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ يَمْتَارُ تَمْرًا مِنْ يَثْرِيْبَ فَتَوَفَّى عَبْدُ اللهِ بِهَا وَ وَلَدَتْ آمِنَةُ رَسُوْلَ اللهِ فَكانَ فِيْ حِجْرِ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ

Abdul Muthalib mengutus Abdullah membeli kurma di Yatsrieb (Madinah), lalu ia meninggal disana, lalu Aminah melahirkan Rasulullah lalu beliau dipelihara Abdul Muthalib.

Riwayat diatas lemah dari sisi sanad periwayatan karena riwayat mursal Az Zuhri, namun ini sama dengan hadits yang diriwayatkan Qais bin Makhramah seorang sahabat Nabi ketika mengisahkan kelahiran Rasulullah dalam pernyataan beliau:
تُوُفِّيَ أَبُوْهُ وَ أُمُّهُ حُبْلَى بِهِ
Bapak beliau meninggal dunia dalam keadaan ibunya mengandung beliau (Rasulullah).[2]

Demikianlah pendapat ulama yang dirajihkan Ibnu Ishaaq dan Ibnu Sa’ad dan inilah yang masyhur. Dengan demikian hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala (yang ma'sumnya):

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. (QS. Ad Dhuha: 6)